Sabtu, 20 Desember 2008

aga

Sudahkah kita mengetahui apa yang menghubungkan antara Allah dengan kita? Jika kita mau mengerti tentu akan membuat kita merasakan kedekatan dengan Allah SWT. Ketahuilah! bahwa cinta yang kita rasakan kepada sesuatu adalah suatu alat penghubung, yang mana di isyaratkan di dalam AlQur’an sebagai tali Agama Allah. Sesuatu yang kita cintai hanyalah cerminan dari pada adanya Allah, yang pada hakikatnya cinta itu tertuju kepada Allah. Apabila di dalam pandangannya adalah sesuatu maka cintanya itu berhenti kepada sesuatu itu saja. Tetapi apabila di dalam pandangannya adalah Allah di balik sesuatu itu maka cintanya itu tertuju kepada Allah.

Jika cintanya sudah tertuju hanya kepada Allah, karena Allah, untuk Allah dan dengan Allah maka itulah sebenar-benarnya cinta sejati yang tidak akan mati. Rasulullah SAW bersabda : yang artinya “Seseorang itu akan beserta siapa yang dicintainya”. Jika ia cinta pada Allah maka ia akan bersama Allah di dunia dan di akhirat. Dan siapa-siapa yang cintanya hanya Allah semata, sudah pasti ia akan mendapatkan syafa’at/pertolongan dari pada Allah melalui Rasul Nya Muhammad SAW.

Ada suatu pepatah yang mengatakan : “Sesungguhnya cinta itu tidak akan mati, hanya manusianya sajalah yang akan mati”.

Memang hidup di dunia ini tidak kekal, semuanya akan binasa. Begitu juga manusia ada batas umur yang apabila sudah sampai masanya akan berlaku sunnatullah yaitu kematian, mau atau tidak mau. Akan tetapi walaupun manusia itu mati jika semasa hidupnya ia bisa menjadi orang yang bermanfa’at untuk orang banyak dan orang lain tersebut tertanam cinta pada dirinya , maka jika ia mati ia tetap di kenang dan di ingat oleh mereka yang senang dan cinta kepadanya. Itulah yang membuktikan bahwa cinta itu tidak akan mati dan akan selalu bersemayam di hati orang-orang yang mencintai ia.

Mengapa kita tidak menyadarinya bahwa cinta itu Anugrah Allah yang langsung datang dari sisi Nya tanpa melalui proses belajar. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya baik anda suka maupun tidak suka, cinta itu akan bersemi di relung kalbu membuat perasaan hati tidak menentu. Cinta itu bagaikan bom waktu yang apabila jatuh ke hati lama kelamaan membuat hati selalu rindu. Jika kerinduan sudah melekat pada hati seseorang maka segala sesuatu tidak berharga lagi dimatanya.

Yang selalu terbayang dan terkenang hanyalah siapa yang dicintainya bahkan ia ingin menyatu dengan siapa yang di cintainya. Apalah artinya harta yang banyak, uang yang banyak, mobil mewah, rumah bertingkat, istri yang cantik kalau dihati tidak menemukan cinta yang sejati yaitu Allah SWT.

Ketahuilah! cinta itu diturunkan Allah kepada hati setiap makhluk Nya khususnya manusia membuktikan bahwa Allah benar-benar sangat mencintai dan menyayanginya. Allah berfirman :

“Katakanlah : “Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?.” Katakanlah : “Kepunyaan Allah,” Dia telah menetapkan atas Diri Nya Kasih Sayang dan Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Dan orang-orang yang merugikan dirinya mereka itu tidak ber Iman”. (QS, Al-An’aam : 12)

Dan Nabi Isa a.s. pernah mengatakan di dalam do’anya, yang dicantumkan di dalam Al-Qur’anul Kariim :

“Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS, Al-Maa’idah : 118)

Di dalam pembukaan surah AlFatihah telah dijelaskan bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lalu kenapa kita masih tidak menyadarinya, bahwa karena Kasih Sayang Allahlah semuanya ada. Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya semua sebagai bukti Kasih Sayang Allah SWT.

Jadi kesimpulannya kita ini (saya, anda, mereka) adalah manusia yang beruntung yang mendapatkan cinta Allah, Kasih Sayang Allah, Pengertian Allah dsb. Itulah makna dari kalimah Allah yaitu “Bismillaahirrohmaanirrohiim”. (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).

Apabila manusia tidak mengerti akan hakikat cinta pada dirinya adalah jalan menuju kepada Allah maka ia akan terjebak kedalam lembah jurang kesesatan. Karena tiada lain ia termasuk orang-orang yang Hubbuddunya, yaitu orang yang cinta kepada dunia. Hatinya akan di isi oleh dunia dan segala sesuatu yang berkenaan dengan kemegahan dunia.

Karena itu wajar bagi mereka yang tenggelam dalam kecintaan dunia hatinya diliputi oleh rasa takut, bingung, gelisah, was-was, tidak ada ketenangan jiwa yang ia rasakan. Sebab hati yang seharusnya diisi hanya dengan Nur Allah ia isi dengan dunia dan segala kemegahannya. Waliyullah Al-Qutub Syech Abu Muhammad Abdul Qodir Al Jaelani pernah mengatakan *): “Kalian boleh mengambil dunia seluasnya dan kalian boleh mengantongi harta, uang sebanyak-banyaknya akan tetapi jangan sampai itu semua masuk kedalam hatimu”. Dan sebagian para wali yang lain mengatakan : “Qolbun mu’min Baitullah”(hati orang-orang mukmin adalah rumah Allah). Sehingga hati itu haruslah semata-mata hanya Allah yang ada. Jika hati sudah di isi dengan Allah baik melalui proses zikir, sholat, do’a dan lain sebagainya maka niscaya ketenanganlah yang ia dapatkan. Sebaliknya jika hati diisi dengan dunia dan segala kemegahannya maka pasti kegelisahanlah yang ia rasakan. Semuanya itu karena kurangnya pengetahuan tentang siapa dirinya/tidak mengenal akan dirinya sendiri terlebih lagi hakikat cintapun ia tidak ketahui. Kalau sudah begitu bagaimana mungkin cinta yang ia rasakan bisa menjadi keberkahan dan rahmat, yang ada malah sebaliknya bisa menjadi musibah bagi dirinya sendiri karena sama halnya mereka menyalah gunakan Anugrah Allah SWT (CINTA).

Orang yang mengerti akan dirinya sendiri akan lebih mencintai Allah Tuhannya dari segala sesuatu selain Allah. Itulah orangorang yang akan mendapatkan ketenangan serta ketentraman jiwa dan fikirannya akan menjadi jernih dalam berfikir serta arif bijaksana tutur katanya, menjadi mulia budi pekertinya. Mereka itulah yang sejalan dengan apa yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW.

Sadarilah! Bahwa manusia hidup di dunia ini hanya satu kali, jika kita tidak mengenal dan tidak mengerti akan diri kita sendiri serta tidak bisa menempatkan diri kita pada rel yang benar maka kerugianlah yang akan kita dapatkan.

“RAhasia Sukses di Dalam Ketenagan Jiwa”

0 komentar: